Cara intuitif untuk mengungkapkan kemarahan adalah dengan bereaksi secara agresif. Marah adalah reaksi alami terhadap ancaman; itu menciptakan emosi dan perilaku yang intens, yang memungkinkan kita membela diri saat diserang. Karena itu, jumlah kemarahan yang seimbang diperlukan untuk kelangsungan hidup kita. Ingat! kemarahan seimbang dalam arti sesuai porsinya saja. Tidak perlu berlebihan.
Kita semua pernah merasakan kemarahan, dan tahu tentang apa itu. Kemarahan itu normal, dan seringkali merupakan emosi manusia yang sehat. Tapi itu menjadi masalah ketika lepas kendali dan menjadi destruktif. Ini sering mengarah pada masalah di tempat kerja, masalah dalam hubungan pribadi, dan kualitas hidup kita secara keseluruhan.
It is this consequence that makes us feel that we are the mercy of this unpredictable and uncontrollable emotion ....
Namun kita tidak dapat melakukan tindakan fisik pada setiap orang atau objek yang mengganggu kita. Hukum, nilai, dan norma masyarakat membatasi seberapa jauh kita bisa mengungkapkan kemarahan kita.
Orang sering menggunakan campuran tindakan sadar dan tidak sadar untuk mengatasi perasaan marah mereka. Tiga pendekatan umum adalah mengungkapkan, menekan, dan menenangkan.
Cara paling sehat untuk mengungkapkan kemarahan adalah dengan mengungkapkan perasaan ini dengan cara yang tegas (tidak merusak). Untuk bersikap asertif, kita harus belajar bagaimana mengekspresikan dengan jelas apa kebutuhan kita, dan bagaimana kebutuhan itu dapat dipenuhi, dan tanpa menyakiti orang lain.
Bersikap asertif bukan berarti agresif. Sebaliknya itu berarti menghormati orang lain dan yang paling penting adalah diri kita sendiri.
Karena pada akhirnya, poin terpentingnya adalah "kita harus bisa mengendalikan rasa marah, bukan rasa marah yang mengendalikan diri kita".
Dan percaya tidak percaya, istighfar bisa membantu kita dengan baik dalam mengendalikan amarah.
ReplyDelete