Per hari Selasa kemarin (1/11/2016), aturan pelarangan styrofoam di Kota Bandung sudah mulai diberlakukan. Produsen dan masyarakat diimbau tidak menggunakan lagi styrofoam untuk kemasan produk. Terkait kebijakan ini, Walikota Bandung menegaskan bahwa jika setelah tanggal 1/11/2016 masih ada yang belum mematuhi, maka akan diingatkan dulu secara lisan. Kemudian kalau masih juga pakai styrofoam, maka akan diingatkan secara tertulis. Kalau masih membandel juga, maka akan dicabut izin usahanya.
Kebijakan ini langsung memberikan efek nyata, setidaknya hal ini terlihat ketika sehari sebelum diberlakukan, Kota Bandung mendapat berita baik dari Indofood. Perusahaan yang sangat identik dengan penggunaan styrofoam untuk kemasan salah satu produk unggulannya yaitu PopMie, bersedia mengikuti kebijakan pemusnahan styrofoam. Bahkan, kedepan tidak hanya untuk cakupan Kota Bandung, Indofood juga akan melakukan peralihan penggunaan styrofoam menjadi karton di seluruh indonesia.
Pertanyaan berikutnya: apakah kita punya alternatif pengganti styrofoam? Beberapa alternatif kemasan yang dapat digunakan sebagai pengganti styrofoam diantaranya:
Kotak Makan (Misting)
Sebagai seorang karyawan yang tidak pernah lupa membawa bekal makan siang dari rumah ke kantor, saya termasuk yang paling sering menggunakan misting dalam keseharian. Dengan begitu kita juga dapat mengurangi penggunaan kemasan, baik styrofoam maupun bahan lainnya. Membawa kotak makanan sendiri juga memberi jaminan kontaminasi pada makanan sesedikit mungkin. Tapi sepertinya kotak makan saat ini belum akan menjadi pilihan bagi pelaku bisnis dalam mengemas produk jualannya. Pastinya ini terkait dengan cost yang harus dikeluarkan yang bisa jadi akan menjadi lebih mahal dibanding makanan / barang yang dikemasnya.
Besek Bambu
Kemasan makanan bambu ini, selain ramah lingkungan, juga (bagi sebagian orang) memberikan unsur estetiknya sendiri, meskipun sebagian lainnya mungkin sudah menganggapnya sesuatu yang kuno. Karena itu, sepertinya besek kurang begitu populer di kota, beda halnya dengan di daerah (a.k.a kampung). Selain itu besek bambu juga dapat digunakan berkali-kali sehingga mengurangi penggunaan kemasan makanan.
Kertas Nasi (ada lapisan anti lengketnya)
Salah satu alternatif kemasan pengganti styrofoam adalah kertas nasi. Di Indonesia sendiri telah banyak produsen kemasan makanan berbahan dasar kertas yang tahan minyak dan air sampai tingkat tertentu. Kemasan makanan berbahan dasar kertas juga memberikan kesan minimalis yang dapat menambahkan nilai jual makanan. Selain itu, kertas juga dapat didaur ulang sehingga potensi untuk berakhir di TPA menjadi berkurang.
Selama ini di kota Bandung khususnya, produk makanan yang menggunakan kemasan styrofoam memang tidak terbatas pada produk makanan instan seperti PopMie saja, melainkan justru lebih banyak digunakan pada kemasan jajanan atau kuliner lokal seperti seblak, batagor, lumpia basah, bubur ayam, nasi tim dan lainnya.
Setelah adanya kebijakan pelarangan styrofoam ini jangan kaget jika nanti ditemukan seblak yang dikemas dengan besek misalnya. meskipun tetap akan terlihat sedikit aneh.....